Senin, 02 Desember 2019

POLITIK KULTURAL


Politic dan cultural capital dalam political developmentalism di Tanjung Pinang.
A.    Latar Belakang
Kekuasaan politik tidak terlepas dari struktur politik dan struktur budaya dalam masyarakat. Struktur politik selalu memiliki nilai-nilai yang  bersifat otoritatif yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan. Actor politik dalam sebuah struktur politik yang tidak memiliki modal-modal kultural akan hilang kekuasaan dan kharismastiknya dalam konstentasi politik melalui partisipasi masyarakat. Kekuasaan actor politik yang demikian tidak akan mampu melakukan pembangunan politik yang didukung oleh masyarakat. Sehingga pembangunan sering kali hanya menjadi ajang dari berbagai jkepentingan yang bermain dalam berbagai kebijakan yang mengatas namakan
Menurut Raymond Williams, kebudayaan bukanlah sekadar bangunan karya-karya intelektual dan imajinatif; kebudayaan pun pada dasarnya adalah seluruh pandangan hidup. Dalam penerapan hal praktis prinsip yang dipakai oleh Williams memasukkan gagasannya tentang kebudayaan kedalam institusi demokratis kolektif, dan yang terutama ia maksudkan adalah kepada partai politik.[1]
Partai politik tidak lepas dari sistem politik seperti yang dikatatakan Gabriel A. Almond dalam bukunya “Civic Culture” bahwa sistem politik merupakan organisasi melalui masyarakat yang merumuskan dan berusaha untuk mencapai tujuan bersama. Maksud dari perkataannya bahwa sistem politik melaksanakan perang atau malah mendorong perdamaian, memajukan perdagangan internasional atau bahkan membatasinya, membuka diri demi pertukaran argumen atau gagasan-gagasan atau mungkin juga malah menutup diri. Sistem politik melaksanakan berbagai kegiatan yang ditunjukkan untuk meraih tujuan-tujuan bersama yang telah dirumuskan.
Untuk mewujudukan sistem politik yang diterangkan oleh Gabriel A. Almond, sistem politik memerlukan badan-badan dan struktur-struktur yang bekerja dalam sistem politik seperti parlemen, birokrasi, badan peradilan dan partai politik yang melaksanakan kegiatan dan fungsi-fungsi tertentu. Pelaksanaan fungsi-fungsi inilah yang akan membuat sistem politik akan bekerja dalam arti dapat merumuskan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan.[2]
Partai politik di Indonesia adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik yang biasanya dengan cara konstitusional untuk melaksanakan program. Dinegara demokrasi partai relatif dapat menjalankan fungsinya sesuai harkatnya pada saat kelahirannya, yakni menjadi wahana bagi warga negara untuk berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan bernegara dan memperjuangkan kepentingannya dihadapan penguasa. Sebaliknya dinegara otoriter, partai tidak dapat menunjukkan harkatnya, tetapi lebih banyak menjalankan kehendak sang penguasa.[3]
Dinegara-negara berkembang keadaan politik sangat berbeda satu sama lainnya, demikian pula keadaan partai politiknya yang banyak sekali menunjukkan variasi. Pada umumnya partai politik juga diharapkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi seperti di negara-negara yang sudah mapan politiknya. Partai politik mempunyai posisi dan peranan yang sangat penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara. Pemerintah berpendapat bahwa didalam membangun bangsa Indonesia memerlukan adanya partai-partai politik karena partai politik dapat:
1.      Membawa kejalan yang teratur semua aliran atau faham yang hidup di masyarakat Indonesia.
2.      Memperkuat perjuangan bangsa dalam mempertahankan serta mengisi kemerdekaan bangsa yang diperoleh.
3.      Ikut menjamin atau menjaga keamanan masyarakat, dan
4.      Mendidik rakyat atau masyarakat untuk berkehidupan yang demokratik di dalam alam kemerdekaan.[4]
DiTanjung Pinang terdapat suatu politik dalam partai yang membuat setiap individu percaya akan segala tanggung jawab yang dibebaninya. Politik kultural dalam kota Tanjung Pinang memberikan suatu penelitian yang menarik dan memberikan pengetahuan lebih dalam pembangunan kota. Contoh nya dalam kurung waktu 2002-2013 bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) selalu menang dalam pemilihan kepala daerah (PILKADA). Dibandingkan dengan Partai lain yang sama-sama mempunyai nama besar dalam kancah perpolitikan. Seperti pada orde baru yang mana nama Partai Golkar selalu melesat tinggi dan selalu memberikan kemenangan.
Pada tahun 2002 di menangkan oleh pasangan Suryatati A. Manan dan Wan Izhar Abdullah, kemudian tahun 2007 kemenangan lagi bagi Suryatati akan tetapi dengan pasangan lain yaitu Edward Murshalli karena sistem pemerintahan dan UU Nomor 32/2004 yang menyatakan bahwa pemerintahan Daerah hanya memberik kesempatan selama dua periode sebagai kepala daerah maka pada tahun 2007 Suryatati tidak dapat mencalonkan lagi. Akan tetapi, pengganti Surytati masih dalam partai yang sama.
Tahun 2007 dilanjutkanlah kepemerintahan kepada pasanagan H. Lis Darmasyah dan Syahrul.[5] disini menunjukkan bahwa masyarakat percaya akan partai ini untuk membebani tanggung jawab yang besar dalam pembangunan kota Tanjung Pinang. Partai Demokrasi Perjuangan banyak sekali memberikan dampak yang cukup signifikan untuk membuat masyarak dikota Tanjung Pinang percaya. Pendekatan kultural yang dilakukan oleh elite politik dalam partai memberikan warna lain dalam pembangunan kota ini. Dari pada itu permasalahan yang terjadi ini cukup menarik untuk dikaji lebih dalam lagi. Oleh karena itu penulis mencoba untuk menarik suatu judul tesis yang berjudul “Politik Kultural di Dalam Pengembangan Politik kota Tanjung Pinang”.

B.     Rumusan Masalah
Dari pemaparan atas latar belakang yang ditulis diatas maka dapat mengambil suatu rumusan masalah yakni :
1.      Tindakan politik apa saja yang dilakukan oleh PDI-P sebagai actor  melalui modal-modal kultural mampu memb/erikan mempertahankan kekukasaan politik di kota Tanjung Pinang
2.      Strategi apa saja yang dilakukan oleh actor politik (PDI-P) dalam pembangunan politik
3.      Kontribusi apa saja yang dilakukan oleh PDI-P dalam pembangunan Tanjung Pinang

C.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dari rumusan masalah, maka akan didapatkan tujuan dalam penelitian ini yaitu :
1.      Mengetahui kontribusi politik kultural dalam pembangunan kota Tanjung Pinang
2.      Mengetahui strategi yang dipakai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dalam berkampanye untuk memperoleh suara rakyat.

D.    Telaah Pustaka
Telaah pustaka adalah deskripsi ringkasan tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang diteliti sehingga tidak terdapat pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang sudah ada. Agar mendapatkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya serta autentik maka penulis mencantumkan beberapa referensi yang berkaitan dengan tema yang penulis teliti, dari banyak referensi itu diantaranya :
1.    Jurnal yang dibuat oleh Dr.Subaidi yang bejudul Politik Kultural KH. Abdurrahman Wahid dalam Demokratisasi yang ditulis pada tahun 2014. Didalam jurnal ini memuat bentuk politik kultural yang dilakukan oleh KH. Abdurrahma Wahid dalam membangun demokrasi di Indonesia.

E.     Kerangka Teoritik
Political Culture adalah orientasi budaya kelompok elite politik yang sangat menentukan orientasi politik mereka sendiri dan orientasi politik masyarakat luas.[6] Dalam jurnal yang ditulis oleh Dr. Subaidi mengatakan bahwa proses untuk menjadi demokrasi memerlukan aktor yang memiliki kemampuan untuk memahami segala dinamika sosial dan proses sistem budaya, nilai dan agama dalam masyarakat menjadi pendorong.
Apabila dikaitkan dengan permasalah yang ada maka aktor dalam partai memiliki kemampuan lebih yang mengerti akan masyarakat yang akan dipimpinya dan mengetahui budaya yang berada didalamnya. Untuk itu peran aktor mempengaruhi dalam pembangunan suatu kota. Masyarakat akan cenderung memilih pemimpin yang lebih mengetahui semua yang diinginkan masyarakat untuk tercapai nya keinginan masyarakat. Aktor dalam hal ini ada partai politik, yang mana mempunyai pengetahuan lebih yang akan memberikan pengaruh untuk masyarakat.
Partai politik setelah mengetahui semua yang ada dalam masyarakat maka selanjutnya, memberikan informasi kepada kandidat yang akan mencalonkan untuk menjadi kepala daerah. Kepala daerah yang akan membuat visi dan misi dari hasil informasi yang diterima oleh partai politik.
F.     Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif melalui sumber data yang bersangkutan dengan situsi yang sedang terjadi didalam masyarakat tentang politik kultural yang terjadi dalam kota Tanjung Pinang. Penelitian deskriptif kualitatif memberikan suatu data yang konkrit berdasarkan fakta dan pengaruh terhadap suatu kondisi yang terjadi pada saat ini.

1.        Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi pustaka (library research) yang mana penelitian ini menitik beratkan melalui data-data yang diperoleh berdasarkan dari buku-buku yang berkaitan dengan kasus ini. Agar dapat memberikan suatu pengetahuan dan meneliti dengan berdasarkan teori-teori yang telah ada.
2.        Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik yaitu sifat penelitian yang berusaha untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memaparkan fakta yang ditemukan serta menganalisis permasalahan yang ada dan menemukan korelasi antara permasalahan yang ada dengan teori yang akan digunakan.
3.        Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, dikarenakan tesis ini berbentuk studi pustaka maka data yang banyak diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada secara sistematis dan akurat untuk dapat memberikan informasi lebih dalam penyusunan tesis ini. Teknik pengumpulan ini lebih efisien, karena data yang didapatkan akan langsung dianalisis.
Setelah data yang diperoleh telah terkumpul dan sudah cukup akurat maka analisis dengan menggunakan teori-teori yang ada dan pendekatan dalam politik dilakukan. Hasil dari data yang diperoleh dan analisis dengan menggunakan teori-teori politik yang ada menghasilkan suatu pengetahuan yang baru.

G.    Sistematika Penulisan
Dalam menulis tesis ini diperlukan sistematika penulisan agar penulisan tesis ini dapat mempermudah penulis. Oleh karena itu dalam tesis ini terdapat lima BAB yang diuraikan sebagai berikut :
BAB I menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka atau literature review, kerangka teoritik, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Hal ini diperlukan untuk menjadi gambaran awal dalam penulisan tesis ini.
BAB II menjelaskan tentang gambaran secara umum tentang partai politik di Indonesia dan apa saja yang terdapat didalamnya baik itu dalam perkembangan partai diIndonesia sejak pertama kali merdeka sampai saat ini. Dalam bab ini menjelaskan semua yang ada dalam partai politik di Indonesia.
BAB III memuat tentang gambaran umum yang ada didalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di kota Tanjung Pinang. Didalamnya terdapat pengertian umum, visi dan misi partai serta strategi yang digunakan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dalam berkampanye kepada masyarakat di kota Tanjung Pinang.
BAB IV adalah bab yang berisikan tentang analisis yang diperoleh dari politik kultural yang dipakai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), strategi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan  (PDI-P) dan pandangan masyarakat di Tanjung Pinang dan menerapkannya kedalam teori teori yang dipakai.
BAB V berisikan tentang kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan bab penutup dalam penulisan tesis ini. Kesimpulan berisikan jawaban yang terdapat dalam rumusan masalah yang ada di bab pertama.



H.    Daftar Pustaka
Beiharz, Peter, 2005, Teori-Teori Sosial; Obeservasi Kritis Terhadap Para Filosof Terkemuka, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Budiarjo, Miriam, 2008,  Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Kencana Syafiie, Inu, 2013,  Ilmu Pemerintahan, Jakarta, Bumi Aksara.
Pandoyo, Toto, 1992,  Ulasan Terhadap Beberapa Ketentuan Undang-Undang Dasar 1945; Sistem Politik dan Perkembangan Kehidupan Demokrasi, Yogyakarta, Liberty Yogyakarta.
Subaidi, 2014,  Politik Kultural KH. Abdurrahman Wahid Dalam Demokratisasi, Jurnal Ilmu Syri’ah dan Hukum, vol .48, No 1, Juni 2014, Yogyakarta.


[1] Peter Beiharz, Teori-Teori Sosial; Obeservasi Kritis Terhadap Para Filosof Terkemuka, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005) hlm 377.
[2] Lihat di review buku Gabriel A. Almond “ Civic Culture; Political Attitudes and Democracies in Five Nations” yang ditulis oleh Andanigita tahun 2014.
[3] Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm 403-405.
[4] Toto Pandoyo, Ulasan Terhadap Beberapa Ketentuan Undang-Undang Dasar 1945; Sistem Politik dan Perkembangan Kehidupan Demokrasi, (Yogyakarta, Liberty Yogyakarta, 1992), hlm 93-94.
[5] Lihat di hasil quick count pilkada di kota Tanjung Pinang di situs http://data-daftar.blogspot.com/2015/10/kota-tanjungpinang-kepulauan-riau.html pada tanggal 22 November 2015
[6] Subaidi, Politik Kultural KH. Abdurrahman Wahid Dalam Demokratisasi, Jurnal Ilmu Syri’ah dan Hukum, vol .48, No 1, Juni 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar