Selasa, 17 Mei 2011

sifat2 rasulullah

PENDAHULUAN
            Agama islam adalah agama yang sangat terpandang di mata seluruh manusia, agama yang selalu mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat baik menjaga akhlq dan perbuatan. Islam tidak pernah merusak hambanya atau membawa umatnya ke jalan yang sesat. Dalam Al-Quran Allah SWT bersabda:
إنّ الدين عند الله الإسلآم
Mayoritas kaum muslimin pada hari ini terjebak di antara dua sikap yang kontradiktif terhadap Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. Ada yang bersikap berlebih-lebihan terhadap Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, hingga terseret ke dalam perbuatan syirik, seperti memohon kepada beliau atau beristighatsah kepadanya. Dan ada pula yang memandang remeh kedudukan beliau selaku utusan Allah Subhannahu wa Ta’ala ,pada akhirnya ia berani melanggar petunjuk beliau, tidak meneladani sirah (peri kehidupan) beliau, dan tidak pula menjadikannya sebagai pelita kehidupan dan rambu perjalanan.
PEMBAHASAN
Dalam Hadits  menceritakan bahwa pada suatu hari ketika Rasulullah saw sedang berbincang-bincang dengan para sahabatnya, seorang pemuda datang mendekati Rasul sambil berkata, “Ya Rasulullah, aku mencintaimu.” Lalu Rasulullah saw berkata: “Kalau begitu, bunuh bapakmu!” Pemuda itu pergi untuk melaksanakan perintah Nabi. Kemudian Nabi memanggilnya kembali seraya berkata, “Aku tidak diutus untuk menyuruh orang berbuat dosa.” Aku hanya ingin tahu, apa betul kamu mencintai aku dengan kecintaan yang sesungguhnya?”.
Tidak lama setelah itu, pemuda ini jatuh sakit dan pingsan. Rasulullah saw datang menjenguknya. Namun pemuda itu masih dalam keadaan tidak sadar. Nabi berkata, “Nanti kalau anak muda ini bangun, beritahu aku.” Rasululah saw kemudian kembali ke tempatnya. Lewat tengah malam pemuda itu bangun. Yang pertama kali ia tanyakan ialah apakah Rasulullah saw telah berkunjung kepadanya. Diceritakanlah kepada pemuda itu bahwa Rasulullah saw bukan saja berkunjung, tapi beliau juga berpesan agar diberitahu jika pemuda itu bangun. Pemuda itu berkata, “Tidak, jangan beritahukan Rasulullah saw. Bila Rasulullah harus pergi pada malam seperti ini, aku kuatir orang-orang Yahudi akan mengganggunya di perjalanan.” Segera setelah itu, pemuda itu menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Pagi hari usai shalat subuh, Rasulullah saw diberitahu tentang kematian pemuda itu. Rasul datang melayat jenazah pemuda itu dan berdo’a dengan do’a yang pendek tetapi sangat menyentuh hati, “Ya Allah, sambutlah Thalhah di sisi-Mu, Thalhah tersenyum kepada-Mu dan Engkau tersenyum kepadanya”.
Rasulullah adalah suri Tauladan kita semua. Sudah sepatutnya kita untuk mencontoh sifat-sifat yang dimiliki Rasulullah. Kalau ada pakaian yang koyak, Rasulullah menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual. Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada makanan yang sudah siap di masak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyingsing lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur.
Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt dan rasa kehambaan dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ketuhanan. Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH tidak dijadikan sebab untuk merasa lebih dari yang lain, ketika di depan umum maupun dalam keseorangan. Ketika pintu Syurga telah terbuka, seluas-luasnya untuk baginda, baginda masih berdiri di waktu-waktu sepi malam hari, terus-menerus beribadah, hingga pernah baginda terjatuh, lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak. Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi.
Bila ditanya oleh Sayidatina ‘Aisyah, “Ya Rasulullah, bukankah engkau telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?” Jawab baginda dengan lunak, “Ya ‘Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.” Rasulullah s. a. w. bersabda, “Sampaikan pesanku walau sepotong ayat”.
Sesungguhnya Rasullah mempunyai sifat yang amat baik dan menjadi uswatun hasanah bagi umat-umatnya. Allah bersabda:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx.
Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.[1]
Rasulullah adalah orang yang paling teguh hatinya, di ibaratkan sebuah gunung yang tidak terkoyak dan tidak tergoyahkan. Meskipun begitu sifat humoris pun ada pada dirinya. Menurut riwayat bahwa ada seorang nenek-nenek datang menemui Rasulullah SAW, dan meminta di doakan agar dirinya di masukan kedalam surga, maka Nabi SAW berkata “kamu tidak akan masuk surga” mendengar itu nenek tersebut merasa sangat sedih dan menangis . Maka Nabi SAW pun memanggilnya dan berkata :
!$¯RÎ) £`ßg»tRù't±Sr& [ä!$t±SÎ) ÇÌÎÈ £`ßg»oYù=yèpgmú #·%s3ö/r& ÇÌÏÈ $¹/ããã $\/#tø?r& ÇÌÐÈ
Artinya :Sesungguhnya kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.  Penuh cinta lagi sebaya umurnya.[2]
SIFAT-SIFAT ASASI RASULULLAH
Setiap rasul Allah wajib memiliki empat sifat asasi berikut, sehingga pantas untuk mengemban risalah Dahi.
1.      Ash-Shidqul Muthlaq atau kejujuran secara mutlak yang tidak rusak dalam segala kondisi. Sekiranya setiap perkataannya diuji, pastilah sesuai dengan kenyataan; baik ketika ia berjanji, serius, bercanda, memberi kabar, maupun ketika bernubuat Apabila sifat ini rusak sedikit saja, maka risalah yang ia bawa pun secara otomatis rusak pula karena manusia tidak percaya dengan rasul yang tidak jujur. Seorang rasul yang jujur, tidak sedikit pun dari perkataannya yang mengandung kebatilan, dalam kondisi dan situasi apa pun.
2.      Al-Iltizamul Kamil atau komitmen dan sifat amanah yang sempurna dengan apa yang ia serukan, sebagai wakil dari Allah. Tugas rasul adalah menyampaikan kepada manusia risalah yang dibebankan oleh Allah kepada mereka Apabila seorang rasul sendiri tidak menegakkan kandungan risalah itu, maka hal itu menunjukkan bahwa ia tidak berinteraksi dengan isi risalah tersebut, dan itu menjadi bukti kedustaannya dalam menyampaikan risalah. Seorang rasul yang mempunyai hubungan langsung dengan Allah, pastilah amat mengerti tentang keagungan Allah, dan tidak mungkin melanggar perintah Allah. Tindakan melanggar perintah Allah adalah suatu pengkhianatan ke-pada-Nya, dan orangorang yang tidak amanah tentunya tidak pantas mengemban risalah.
3.      At-Tablighul Kamil atau penyampaian kandungan risalah secara sempurna dan kontinu, disertai rasa tidak peduli pada kebencian, siksaan, kejahatan, tipu daya, konspirasi, atau sikap kasar manusia yang menghalangi dakwah-nya. Juga, istiqamah dalam mengerjakan perintah Allah dan tidak menye-leweng darinya, meskipun menghadapi bujukan apa pun. Tanpa tablig (penyampaian) , niscaya risalah Hahi tidak akan muncul. Tanpa kontinuitas serta kesabaran dalam bertablig, niscaya risalah tersebut tidak akan bertahan keberadaannya Adapun tunduk pada tekanan manusia atau bujukan mereka saat menyampaikan risalah itu, menjadi bukti kebohongan klaim penyampaian risalah dari Allah. Tidak ada yang menyampaikan risalah Allah kecuali orang yang cintanya pada Allah mengalahkan segalanya Hanya Allahlah yang agung di sisinya, dan hanya ridha Nya yang menjadi tujuannya.
4.      Al-AqlulAzhim atau intelegensi yang cemeriang. Manusia tidak tunduk dan mengikuti orang lain kecuali jika orang tersebut lebih cerdas darinya, agar mereka merasa tenang bahwa ia tidak membawa mereka pada jalan yang salah. Tanpa intelegensia yang cemerlang, pengemban risalah juga tidak akan mampu meyakinkan orang lain akan kebenaran yang ia bawa, khusus-nya bagi orang-orang yang memiliki wawasan luas dan intelektualitas yang tinggi. Ia juga tidak akan mampu menghadapi serangan orang-orang yang memusuhi ajarannya, yang menolak dakwahnya, dan yang menyimpang dari jalan kebenaran. Oleh karena itu, seorang rasul seharusnya adalah seorang yang paling cerdik, paling cerdas, paling berakal, paling bijak, dan paling sem-purna pengetahuannya dibandingkan manusia yang lain, sehingga keberada-an dirinya sendiri bisa menjadi bukti kebenaran risalah yang ia sampaikan.
Apabila keempat sifat ini berkumpul dalam diri seorang manusia yang mengklaim dirinya seorang rasul Allah, disertai tanda-tanda kerasulan lainnya, tanpa ada hal yang mencegah klaimnya, maka hal itu dapat menjadi bukti dan dalil kebenaran pengakuannya. Ketika tidak ada alasan untuk mendustakan kejujuran seseorang yang terkenal jujur, tidak ada penjelasan bagi komitmennya yang kuat, kecuali ketundukannya kepada Allah swt. Bertahannya sang penyampai risalah dalam bertablig, meskipun banyak faktor yang mendorongnya untuk mundur, yang membuktikan keikhlasannya pada dakwah yang ia bawa, dan pada Tuhan yang ia junjung risalah-Nya, serta adanya dakwah yang disertai hujjah yang sempurna berikut pembawa dakwah yang mampu memberikan bukti kebenaran dakwah tersebut dalam segala seginya, menjadi bukti kebenaran dakwah dan risalah tersebut.[3]
Kejujuran Rasulullah saw. dalam Canda
Manusia kadang-kadang tidak memegang teguh kejujuran dan kebenaran dalam candanya, tetapi canda Rasulullah saw adalah jujur dan benar, serta memerintahkan kepada umatnya untuk memegang teguh kejujuran dalam segala situasi dan kondisi.
Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik, “Seorang datang pada Nabi saw. Dan meminta pada beliau untuk dinaikkan kendaraan, Rasulullah saw. menjawab, ‘Aku akan menaikkan kamu pada anak unta.’ Lelaki itu menukas, Wahai Rasulullah, apa yang aku perbuat dengan anak unta?’ Rasulullah menjawab, Tidakkah unta hanya melahirkan anak unta (Maksudnya, bukankah anak unta itu juga unta)”.[4]
Kejujuran Rasulullah dalam Janji
Abu Dawud meriwayatkan bahwa Abdullah bin Abi Khansa berkata, “Aku melakukan transaksi jual-beli dengan Nabi saw. sebelum beliau diutus, dan ada sisa barang yang belum aku berikan padanya, lalu aku menjanjikan padanya untuk memberikannya di tempatnya itu. Di hari yang telah ditentukan itu dan hari setelahnya ternyata aku lupa mendatanginya, aku datang pada hari yang ketiga, aku dapati beliau telah berada di tempat itu. Beliau berkata, Wahai Pemuda, kau telah menyusahkan aku, aku telah berada di sini selama tiga hari menunggumu”.
Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim, “Rasulullah sedang duduk membagi pampasan perang Hawazin di Hunain, seseorang berdiri di hadapan beliau dan mengatakan, ‘Engkau mempunyai janji denganku wahai Rasulullah.’ Beliau menjawab, ‘Kamu benar, ambillah yang kamu inginkan.’ Lelaki itu berkata, ‘Aku ambil delapan puluh domba dan penggembalanya.’ Beliau menjawab, Ya, itu milikmu.’ Lelaki itu berkata, ‘Engkau memutuskan dengan mudah sekali”.
PENUTUP
            Sesungguhnya dari semua pernyataan diatas kita dapat mengambil pelajaran yang baik tentang semua perbuatan yang dilakukan oleh Rasulullah. Tidak ada sifat Rasulullah yang mengajarkan kepada hambanya tuk berbuat sesat. Rasulullah selalu jujur disetiap perkataanya. Padahal kalau dipikir dengan logika buat apa Rasulullah mencari pahala lagi sesungguhnya Rasulullah SAW telah disediakan tempatnya diakhirat. Rasulullah selalu mengajak umat nya kedalam kebaikan dengan cara menjalankan perintah Allah SWT dah menjauhi larangan Nya. Rasulullah selalu menjadi patokan bagi umat-umatnya.
            Semoga seluruh umat islam dapat mencontoh karakteristik dari Rasullah dari berbagai hal. Sesunggunya masuk dalam neraka sudah banyak calon nya tapi masuk syurga masih sedikit yang dicalonkan maka dari itu marilah berbondong-bondong untuk berbuat baik agar kita bisa mendapatkan tempat di syurga nanti.


[1] QS al-ahdzab : 21
[2] QS Al-waqi’ah : 35-37
[4]  HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi