KAJIAN POLITIK
ISLAM DI DUNIA ARAB (MESIR)
Mesir adalah suatu negara yang berbentuk sistem pemerintahan Republik.
Mesir beribu kota di kota Kairo. Mesir bentuk Republik sejak 18 Juni 1953.
Dimana kelompok Ikhwan Al-Muslimun menjadi tokoh dalam perubahan sistem
pemerintahan ini yang sebelum nya bersifat Monarki absolut. Akan tetapi seiring
waktu berjalan nya sistem pemerintahan ini masih terjadi pasang surut politik
kepemerintahan.
Seperti yang kita ketahui akhir-akhir ini bahwa kelompok Ikhwan dibubarkan oleh
pemerintah Mesir. Seperti yang dikutip oleh hidayattullah.com “ pengadilan
administrasi Mesir hari sabtu (9/8/2014) memerintahkan sayap politik Ikhwan
Al-Muslimun, partai kebebasan dan
keadilan, agar di bubarkan dan aset-asetnya dilikuidasi.[1]
Sebelum kita melihat dari zaman sekarang ini, mari kita pahami asal usul
muncul nya gerakan Al-Ikhwan Al-Muslimin. Gerakan politik Ikhwan ini selalu
memberikan efek positif bagi warga Mesir. Apalagi sewaktu koloni Inggris yang
memegang kendali daerah Mesir. Mari kita telusuri dari pertama munculnya
gerakan Ikhwan ini.
Gerakan Al-Ikhwan Al-Muslimum didirikan oleh Hasab Al-Banna, seorang guru
madrasah Islam, bersama dengan enam orang buruh dan pekerja di kota Isma’iliyah
dekat terusan Suez pada bulan Maret 1928. Pada tiga tahun pertama didirikan nya
gerakan ini, gerakan ini berpusat di Isma’iliyah dan pada tahun 1932
berpindahlah gerakan ini dengan berpusat di Mesir yaitu di Kairo. Gerakan
Al-Ikhwan Al-Muslimun didirikan oleh Hasan Al-Banna setelah runtuhnya kekhalifahan
Turki Utsmaniyah pada tahun 1942.
Hasan Al-Banna mendefinisikan Al-Ikhwan dengan persepsi Islam komperhensif,
“Islam adalah negara dan tanah air, pemerintah dan umat, peradaban dan
undang-undang serta jihad dan dakwah”. Pemikiran ini diwujudkan dengan segala
aktivitas politik yang mewarnai mesir dan timur tengan dari abad 20 sampai
sekarang ini.
Prinsip-prinsip dasar Ikhwan dapat disimpulkan dengan :
1. Membentuk individu-individu muslim
2. Membentuk keluarga-keluarga muslim
3. Membentuk masyarakat muslim
4. Membebaskan negeri-negeri muslim
5. Memperbaiki pemerintahan
6. Menegakkan eksistensi kenegaraan
7. Membentuk sokoguru peradaban Islam Internasional
Pada tahun-tahun pertama, Ikhwan memulai dunia politik dengan membentuk
organisasi keagamaan, sosial dan kemasyarakatan dengan memfokuskan pada aspek
rekrutmen anggota, diskusi dakwah-dakwah Islam, perbaikan moral dan keagamaan
masyarakat serta pelayanan sosial kemasyarakatan. Gerakan Ikhwan masuk keranah
politik pada tahun 1941 dengan mengajukan kandidat dalam pemilihan umum
legislatif.
Pada bulan Oktober 1941, Hasan Al-Banna dan para pengikut Ikhwan di tangkap
dan dipenjarakan, dan dilarang menjalankan aktivitas karena demontrasi
menentang pendudukan Inggris. Al-Ikhwan Al-Muslimun tercatat sebagai salah satu
organisasi politik yang terlibat dalam penggulingan kekuasaan Monarki terakhir
di Mesir.
Ikhwan bekerjasama dengan elemen “Perwira Bebas” sejumlah elit menengah
militer. Dan kemudian memulai dengan kontak Anwar Sadat, seorang anggota junta
militer. Dan kemudian atas kontak dengan Anwar Sadat melahirkan seorang
purnawirawan Mesir yaitu Aziz Al-Misri. Atas kontak tersebut banyak melahirkan
anggota militer yang bergemulut dalam gerakan ini seperti Abdul Mun’im Abdul
Rauf yang mana menjadi perantara yang menggantikan peran Anwar Sadat untuk
menghubungkan dengan opsir militer Ikhwan.
Abdul Rauf setelah itu dibantu oleh Mahmud Labib seorang purnawirawan
militer dan selanjutnya Labib mendekati tokoh militer Gamal Abdul Naseer pada
tahun 1944. Pada tahun 1950 kedok perwira bebas Ikhwan terbongkar dan di
tangkap sebelum adanya pemberitaan resmi “intervensi mereka dalam masalah
politik”.
Pada akhir dari revolusi militer 1952 naiklah jendral Muhammad Neguib
menjadi presiden Mesir. Pada tahun inilah dimana bentuk pemerintahan Mesir yang
mulanya berbentuk Monarki absolut menjadi Republik Presidensil. Dan pada masa
transisi pemerintahan ini kelompok perwira bebas mentransformasi dirinya
menjadi Dewan Revolusi yang menjadi awal dari Rezim Otoritarianisme militer di
Mesir. Apabila diliat dari sepak terjang nya ikhwan dalam revolusi mesir ini,
maka ikhwan sebenarnya adalah patner yang baik buat perwira bebas atas
kekuasaan pemerintahan yang baru.
Pada akhirnya rezim militer melihat bahwa Ikhwan adalah ancaman politik,
dan maka itu hubungan antara perwira bebas dan Ikhwan memperburuk. Setelah itu
tekanan dari pihak militer yang memperhanguskan gerakan Ikhwan oleh rezim
militer. Pada saat itu yang Dewan Revolusi di pimpin oleh Gamal Abdul Naseer
dan menghancurkan Ikhwan sampai yang tidak terbayangkan. Ini akibat Ikhwan
menolak mandat Revolusi militer, karena tujuan Revolusi ini untuk membentuk
Republik Mesir dikuasai oleh militer sepenuhnya, dan tidak bepihak pada rakyat.
Gamal Abdul Naseer takut apabila Ikhwan masuk politik akan menghancurkan
kekuasaan nya . dari pada itu segala yang berhubungan dengan Ikhwan
dimusanahkan. Gamal Abdul Naseer memenjarakan Mursyid ‘am Ikhwan, Ustadz Hasan
Al-Hudaibi, memerintahkan perusakan dan pembakaran kantor Ikhwan, dan menyatakan
bahwa Ikhwan sebagai oraganisasi terlarang, menyita aset-aset oraganisasi, dan
menghukum mati tokoh-tokoh Ikhwan.
Gamal Abdul Naseer menghianati bantuan dari Ikhwan untuk masuk dalam dunia
politik, padahal semua ini terwujud dari bantuan Ikhwan yang aktif dalam segala
bentuk keorganisasian. Akan tetapi pada masa Anwar Sadat mulia berkuasa,
anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara mulai dibebasakan.
Pada tanggal 23 Januari 1953, pemerintah mengumumkan pembentukan dewan
pembebasan (Hai’ah At-Tahrir) yaitu gerakan pro pemerintahan untuk
menamkan persatuan bangsa. Pembentukan dewan ini adalah langkah yang ditakutkan
Ikhwan pada saat itu, karena pembentukan ini dimaksudkan untuk menentang
peranan Ikhwan sebagai “penjaga sipil” rezim pemerintahan.
Pada tahun 1957 adalah puncak keheningan bagi warga Mesir karena tidak ada
tanda-tanda keorganisasian ataupun aktivitas sekecil apapun. Pola kepemimpinan
Ikhwan putus dikarenakan tidak adanya pemimpin organisasi tersebut. Hal ini
diperburuk dengan adanya pembunuhan terhadap anggota Ikhwan, mengingat 29 orang
anggota Ikhwan dibunuh rentang waktu Oktober 1954 sampai April 1955. Reaksi
perlawanan ini memuncak pada tahun 1957 akan tetapi momentum nya terjadi pada
tahun 1958.
Pada tahun ini dua kelompok Ikhwan yang satunya dipimpin oleh Abdul Fattah
Ismail dan satunya dipimpin oleh Ali Ashmawi dan Ahmad Abdul Madjid. Para
pemimpin ini berkumpul dan memutuskan untuk melakukan reorganisasi gerakan
Ikhwanul Muslimin. Kemudian mengadakan kontak dengan Mursyid ‘Am Ikhwan dan
Hasan Al-Hudaibi. Hal ini dimaksudkan untuk meminta izin menyatukan lagi
kelompok Ikhwan yang diluar penjara.
Menurut Abdul Madjid, komite ini (organisasi 1965) membentuk pembagian
kerja yang terdiri dari empat orang yaitu :
1. Abdul Fattah Ismail (pedagang) : bertanggung jawab terhadap wilayah
Damietta, Kufr As-Syakh, dan wilayah Delta Timur. Untuk pencaharian dana.
2. Syaikh Muhammad Fathi Rifa’i (Dosen Universitas Al-Azhar) : bertanggung
jawab terhadap wilayah Delta Tengah termasuk Al-Daqhaliyah, Al-Gharbiyah,
Al-Manufiyyah. Menyusun program pendidikan untuk anggota Ikhwan.
3. Ahmad Abdul Majid (pegawai dinas rahasia militer) : bertanggung jawab atas
wilayah Mesir atas (As-Said). Masalah dalam propoganda.
4. Ali Ashmawi (manager perusahaan kontruksi Sambulkis) : bertanggung jawab di
wilayah kairo dan Giza. Pendidikan olahraga dan jasmani bagi anggota Ikhwan.
Komunkasi antara anggota Ikhwan yang ada diluar dan didalam penjara sangat
penting untuk rencana ini. Dan para istri-istri dari komite ini juga ikut peran
dalam menjaga jalur komunikasi. Dan mereka juga membuat suatu kelompok yaitu
Al-Akhwat Al-Muslimat. Sayap kewanitaan Al-Akhwat Al- Muslimat dipimpin oleh Zaynab Al-Ghazali.
Keorganisasian Al-Akhwat bertahan semenjak terjadinya peristiwa Oktober 1954. Di
mata pemerintahan Al-Akhwat tidak menjadi ancaman berarti terhadap sistem
politik sehingga memungkinkan untuk menjalankan aktivitasnya.
Para Akhwat adalah sebagai unit
pendukung bagi para kaum Ikhwan yang ditahan. Gamal Abdul Naseer adalah seorang penguasa tiran dan
anti-Islam. Gamal Abdul Naseer juga sebagai dalang kehancuran Ikhwan yang
membunuh dua puluh sembilan orang anggota Ikhwan pada tahun 1957. Ra’uf
menyatakan bahwa rencana untuk membunuh presiden Naseer akan tetapi pernyataan
ini hanya bersifat spekulatif.
Faktor utama yang menjadikan Ikhwan menjadi sangat berpengaruh adalah
bahwasanya organisasi ini mengatasi permasalahan sosial yang real yang terdapat
ditengah-tengah masyarakat Mesir. Pesan ini juga disampaikan melalui aktivitas
sosial dan dakwah Islam. Dan Ikhwan selalu memakai bahasa yang lembut dan
ramah. Pemberantasan kemiskinan, pemberantasan korupsi yang terlihat dalam
institusi pemerintahan. Dari pada itu masyarakat merespon positif dengan yang
dilakukan oleh Ikhwan.
Perkembangan gerakan kelompok Ikhwan ini sangat berani walaupun nyawa
taruhan nya. Dari era Hasan Al-Banna sampai saat ini kekuatan Ikhwan masih kuat
walaupun sudah dibubarkan berkali-kali. Karena kekuatan politik Ikhwan adalah
yang terbesar di negara Mesir. Pada zama sekarang bahwa kelompok Ikhwan
dinyatakan sebagai kelompok teroris karena di tuding atas pengeboman dan
kerusuhan di berbagai tempat. Akan tetapi Ikhwan membantah ikut terlibatnya.
Pada kenyataannya tujuan Ikhwan Al-Muslimin adalah untuk mewujudkan terbentuknya
sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan
yang Islami, negara-negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan
peperpecahan kaum muslimin dan negara merekan yang terampas. Pada zaman sekaran
Ikhwan sering dikaitkan dengan kelompok teroris seperti Al-Qaeda. Padahal
Ikhwan tidak ada unsur radikal didalamnya. Dan Ikhwan telah menegaskan juga
bahwa mengutuk Al-Qaeda.
Ikhwan lebih mendukung ide perubahan dan reformasi melalui jalan damai,
dialog yang konstruktif yang berdasarkan pada alhujjah (alasan), almantiq
(logika), albayyinah (penjelasan), dan addalil (dalil). Ikhwan juga mengecam
kegiatan radikalisme yang terjadi di negara-negara lain, dan mengumumkan bahwa
tindakan-tindakan kriminalitas tidak didukung oleh syariat agama dan
undang-undang mana pun.
Ikhwan Al-Muslimin memiliki landasan berupa :
1. Allah tujuan kami
2. Rasulullah teladan kami
3. Al-Qur’an adalah landasan hukum kami
4. Jihad jalan kami
5. Mati syahid dijalan Allah merupakan cita-cita kami yang tertinggi.
Walaupun terdapat jihad jalan kami dan mati syahid, akan tetapi bukan
seperti teroris yang berbuat radikal. Ikhwan selalu berkembang melalui zaman.
Jihad disini dimaksudkan adalah jihad untuk membela Islam. Mati syahid disini
juga dimaksudkan mati syahid apabila mereka berdakwah Islam dan siap di bunuh
apabila dia salah. Bukan seperti bom bunuh diri yang seperti sekarang ini di
katakan.
Pemerintahan Mesir takut apabila militer kalah dengan gerakan ini dan
membuat statement agar gerakan ini bisa dibubarkan. Ikhwan bukan teroris,
ikhwan hanya ingin membela negara nya dan menyatukan seluruh umat Islam.
[1]
http://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2014/08/10/26936/pengadilan-mesir-perintahkan-pembubaran-sayap-politik-al-ikhwan.html#.VCjUDmeSzsQ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar